Awaluddin, Lanjut Studi S3 di STUST di Tengah Pandemic COVID-19

Tidak terbantahkan bahwa tren teknologi dan perkembangan sosial berubah amat cepat, pun demikian di dunia pendidikan. Dalam kondisi mawas diri dan pergeseran sosial akibat COVID-19 menjadi pemicu tumbuhnya ilmu-ilmu baru, rapid production, dan memicu new normal di beberapa negara. Di tengah hiruk-pikuk pandemic, Ahmad Awaluddin Baiti seorang staf pengajar dari Prodi. Pendidikan Teknik Elektronika menempuh cara lain, dengan tetap “kekeuh” melanjutkan S3 bidang electrical engineering di Southern Taiwan University of Science and Technology (STUST), Tainan City, Taiwan. Beliau berangkat pada minggu ke-4 Februari 2020 yang mundur sekitar dua minggu dari jadwal akibat pemerintah Taiwan memperpanjang libur musim semi sekaligus preventif terhadap COVID-19.

Awaluddin menerangkan bahwa tertarik untuk mendalami intelligence control, dimana saat ini aplikasi dari sistem itu akan membawa manfaat yang besar seiring perkembangan Artificial Intelligence of Things (AIoT) dan robotik. Ketertarikan beliau dalam lanjut S3 bidang electrical diawali dengan korespondeksi dengan Muslikhin yang lebih dahulu bergabung di Robotic and Servo Drive Lab. Sedangkan Awaluddin bergabung di Smart Control Lab. dibawah bimbingan Prof. Chao-Chun Tang, Ph.D. Tambahnya, STUST meskipun kampus private namun jejaring dengan industri sangatlah dekat. Banyak sekali riset dan prototyping dilakukan di sini (baca: lab.). Menariknya ada beberapa jurusan yang memang mencirikan kedekatan dengan industri, misalnya jurusan Electronic Business Program, Marketing and Logistic Management, Biotechnology and Food Tech., Chemical and Material Eng., Popular Music Industry, Multimedia and Entertainment Sci., Creative Product Design, dan Visual Communication Design.

Berbagi pengalaman perkuliahan saat ini, sebenarnya jika melihat kondisi di Taiwan, maka Indonesia tidak kalah bahkan kita unggul dalam praktik pembelajaran hanya saja di sini setiap mahasiswa master dan doktoral memiliki laboratorium masing-masing. Di situlah kekurangan kita, budaya riset dan tulis sangat kuat. Sebagai gambaran kecil, syarat lulus untuk mahasiswa S1 dapat memilih jalur praktik atau jalur skripsi. Jika menempuh jalur praktik setelah selesai teori di tahun ketiga, maka di tahun keempat mereka magang industri selama setahun dan menyusun laporan. Namun jika mereka nenempuh jalur skripsi, di tahun keempat mahasiswa melakukan riset kecil di laboratorium dan menuliskanya dalam skripsi.

“Itu merupakan gambaran singkat tentang perkuliahan di Taiwan dan jangan ragu tentang beasiswa karena kampus meng-cover hingga 3 tahun untuk S3 termasuk living cost dari kampus, free tuition fee untuk S2 dan S1 serta free of charge untuk yang tinggal di dormitory, dan akan berbeda jika mendapat beasiwa MOE atau MOST”, tutur Awaluddin. Namun yang membuat sedikit kecewa bahwa liburan summer kali ini tidak dapat balik ke Indonesia. Ini bak simalakama karena jika sudah balik maka akan sulit kembali masuk ke Taiwan akibat adanya banned untuk negara-negara ber-COVID-19 yang masih belum menunjukkan tren melandai, termasuk Indonesia. Semoga kondisi pandemic segera berakhir dan segala kegiatan perkuliahan dapat berjalan lancar kembali, khusunya UNY. Teladan ini diharapkan memberikan semangat untuk terus self-upgrading bagi civitas ditengah “pagebluk” COVID-19. (Muslikhin)